*BAYI  ANENCEPHALY*

Informasi, Cerita dan Berita tentang masalah anencephaly pada bayi didalam negeri maupun diluar negeri

     Halaman Depan

              Fakta 

           ->Cerita

               Foto-foto

            Pencegahan

           Persiapan Diri

               Keluarga

              Bibliografi

            Kata Mutiara

                 Links

               Network

    Download Ringkasan

            Terbaru Kini

 

Kirim Pesan atau Berbagi Cerita

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  Hak Cipta © Copyright 2009

Bayi-Anencephaly.info

 

Eoin

Kehidupan Kecil Eoin

Ceritanya Eoin mulai pada tanggal 5 Maret 2008, pada saat saya mengetahui diriku mengandung lagi. Kami begitu senang. Putri kami berumur 15 bulan dan mendapatkan seorang adik perempuan atau laki-laki merupakan ‘hadiah’ ulang tahun yang paling menyenangkan baginya! Saya mendapatkan jadwal untuk melakukan USG pertama pada tanggal 8 Mei ( pada saat kehamilannya 13minggu +4hari) dan begitu senangnya saya tidak tahan untuk tidak cerita apalagi kakak dan adikku pas sedang mengandung juga.  Kami bercanda-canda karena kali ini saya terpaksa bakalan harus beli baju bayi, sebab kakak-kakak saya tidak bisa lagi meminjam bekas baju bayi anak-anak mereka seperti pada waktu anak saya yang pertama Caoimhe, karena mereka akan memerlukan baju bayinya untuk anak mereka sendiri.

Pada hari Kamis tanggal 8 Mei kami masuk kerja setengah hari saja, agar dapat melakukan USG. Pertama ada kesalahpahaman dan pegawai rumah sakit tidak menemukan berkas jadwal kita. Tapi suster yang menyambut kami, sangat baik dan tetap megusahakan agar kita ditangani. Saya masih agak ketakutan, siapa tau saya ternyata tidak hamil, walaupun saya cukup yakin karena sudah merasakan gejala-gejalanya. Saat alat USG ditaruh di perutku, di layar kami langsung dapat melihat dia. Dia bergerak dan nendang-nendang kami begitu jelas dapat melihatnya. Yang melakukan USG masih mahasiswa sonografi dan dia mengalami kesulitan untuk mengukur kepala janin. Seorang ahli sonografi, ibu-ibu mengambil alih, tetapi ia pun mengalami kesulitan. Ibu ini mengatakan untuk tidak terlalu khawatir, mungkin janinnya baik-baik saja, hanya untuk memastikan dia minta untuk melakukan USG internal, katanya karena posisi janinnya agak belakang, sehingga dia sulita mendapatkan hasil yang memuaskan. Saya agak kesal dan ibu ini menyarankan untuk tidak terlalu khawatir dan mengulang USGnya 2 minggu kemudian. Dalam perjalanan pulang kami berhenti di café dulu. Saya tiba-tiba menangis dan mengatakan bayi kita kehilangan bagian belakang kepalanya.  Tetapi pada sela-sela menangis saya bersama suami akhirnya ketawa karena kalimat yang baru saya ucap kedengarannya tidak mungkin. Mana ada bayi tanpa kepala... Pikirian tersebut kita pendamkan dulu dan sebaliknya membicarakan betapa lucunya pergerakan bayi kami pada layar tadi. Kembali kerja saya cerita-cerita di tempat kerja, bahwa hasil scan pertama kurang memuaskan dan ternyata banyak teman yang mengalami hal yang sama pada scan pertamanya dan tetap mendapatkan bayi sehat.

Pada hari Jumat 23 Mei (15minggu +5hari) jadwal USG berikutnya. Pada hari itu saya minta izin dari tempat kerja dan saya janji ketemu Nev, suami saya langsung di rumah sakit, itupun kalau dia bisa bolos sebentar, kalau tidak juga tidak apa-apa, kata saya. Kami begitu tidak siap terhadap apa yang akan kami alami hari itu. Kami diminta masuk kamar pemeriksaan yang lain dari biasanya dan menemui Dr. Regan. Saya agak heran, kok perlu ketemu seorang dokter.  Ibu dokter ini mengatakan, dia ditugaskan untuk memeriksa saya, saya langsung menerangkan, bahwa pada scan pertama posisi janin agak membingungkan. Dari raut mukanya saya dapat merasakan bahwa keadaannya lebih serius. Saya diminta tiduran dan ibu dokter langsung mulai scan perutku dengan memfokuskan kepala janin. Dia tidak mengatakan apa-apa dan saya langsung menangis karena sadar ada yang tidak beres. Dia juga tidak berusaha menenangkan saya, sehingga hati saya semakin berat. Setelah beberapa menit dia mematikan alat USGnya dan menghadap ke saya, mengatakan ‘minta maaf, tidak ada cara mudah untuk menyampaikan hal ini’, saya langsung menangis secara histeris dan tidak enak badan. Saya berusaha untuk menenangkan diri, lalu bertanya pada dokter, apakan artinya bayiku akan cacat yang akan menyulitkan hidupnya. Dia menerangkan bahwa tempurung kepalanya tidak terbentuk dan otak janin terpengaruh. Bahwa dalam diagnose seperti ini, dapat ia memastikan bahwa bayi kita tidak akan bisa hidup. Dia juga minta untuk dapat melanjutkan USGnya agar dia dapat melihat lebih jelas lagi, dia menawarkan akan berhenti setiap saat kalau saya tidak tahan lagi. Saya tiduran seolah-olah saya lumpuh dan tidak berani melihat layarnya. Saya Tanya selanjutnya apa yang akan terjadi. Dokternya menerangkan, bahwa janinnya akan tetap tumbuh di dalam perut seperti bayi-bayi lainnya. Saya katakan tidak mungkin saya akan hamil selama 40 minggu dan pada akhirnya tidak mendapatkan seorang bayi. Dokternya mengusulkan untuk berpikir-pikir dulu, jangan langsung ambil keputusan, tapi kalau memang tidak ingin melanjutkan kehamilan ini, dia akan membantu menghubungi rumah sakit di Inggeris dan menjelaskan situasinya. (Karena di Irlandia dilarang untuk melakukan aborsi).

Kami meninggalkan rumah sakit dalam keadaan patah hati.  Baik suamiku dan saya membawa mobil masing-masing sehingga saya harus mengetir sendiri. Saya mengikuti suamiku Neville dari belakang dan sampai sekarang masih heran kok bisa sampai pada tujuan dalam keadaan begitu linglung. Begitu sampai rumah saya sudah memutuskan untuk tetap mengandung bayiku, adalah bukan hak saya untuk menentukan akhir kehidupannya. Kami ke restoran kecil dan saling memandang diam. Setelah kami menjemput anak kami Caoimhe dari TK kami langsung menuju rumah ibuku. Ibuku sedang berbelanja di kota, dan etelah saya kirim sms kepadanya, bahwa ada berita buruk, dia langsung pulang. Neville juga menghubungi ibunya dari tempat parkiran, saya masih sulit terima kenyataan ini dan tidak tahan mendengarkan dia mengatakannya di HP. Di rumah ibuku, Nev mengajak Caoimhe main di dapur agar saya bisa sendiri dengna ibuku. Kakak dan adik saya juga datang dan kami ngobrol lama. Dan walaupun ini hari terburuk dalam hidupku, anehnya keadaan tetap seperti biasa, anakku main-main dan menarik perhatian. Saya bahkan bisa tidur sedikit saking capainya. Tengah malam jam dua terbangun dan saya membangunkan Nev dan mengatakan, bahwa kita harus cari tahu kelamin anak kita, agar dia dapat diberi nama. Berhubung bayi kita tidak akan dapat hidup setelah lahir, paling tidak kami harus memberi dia nama sewaktu dia masih hidup dalam kandunganku.

Saya minta izin cuti satu minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan berita ini. Saya menceritakan kepada teman-temanku. Pamanku yang kebetulan dokter juga, memberitahu bahwa kelainan ini disebut Anencephaly. Saya langsung mencarinya di google dan mempersiapkan daftar panjang dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan saya tanyakan pada dokter saya pada pertemuan berikutnya. Hari rabu saya bertemu dengan dokter baruku, Ibu Dr. McMillan dan dia menjelaskan akan bertanggungjawab sepanjang kehamilan dan akan mengatur agar pada jam besuk tidak perlu mengantri bersama dengan ibu-ibu lain yang sedang mengandung. Kartu kontrol saya diberi tanda khusus, supaya saat periksa pegawai medis langsung mengetahui bahwa ada kelainan. Kendatipun demikian, selalu ada saja orang yang memberi komentar yang kurang berperasaan. Dokternya bilang diagnosenya Acrania, tetapi kalau mencari tahu soal Anencephaly tidak salah, sebab pada akhirnya akan sama saja dengan Anencephaly.  Hari Jumat saya bertemu dengan Dr. Regan lagi untuk melakukan USG lagi. Kali ini kami lebih memfokuskan bagian tubuhnya yang lucu – kakinya yang begitu sempurna (dengan ukuran 2cm), punggung dan tangannya. Kami mendapatkan foto-foto yang lucu dan kami diberitahu bahwa dia laki-laki.  Sebelumnya saya meyakinkan diri, bahwa dia perempuan.  Saya baca, bahwa bayi-bayi anencephaly lebih banyak perempuan dan saya tahu bayi perempuan pejuang yang lebih tangguh.  Ternyata anak kami ini laki-laki,  saya terkejut dan senang.  Seorang putra. Semestinya semuanya sempurna. Pada saat saya baru mengetahui diriku hamil, kami sempat berbincang-bincang tentang nama yang akan kami berikan dan Neville sempat bilang dia senang dengan nama Eoin.  Sehingga bayinya kami kasih nama Eoin.

Saya kembali kerja pada hari senin. Hal itu terasa sangat berat. Saya merasa diriku seolah-olah tak kelihatan. Semua orang menghindar saya dan saya duduk sambil tidak tahu harus mengerjakan apa. Minggu-minggu berikutnya,  kerja seperti biasa lagi, saya dapat fokus penuh terhadap kerjaan. Tapi begitu keluar kerja saya luluh lantah tidak dapat menahan nangis sepanjang perjalanan pulang. Saya kerja sampai akhir Juni, lalu minta cuti hamil lebih cepat. Tujuannya agar saya bisa lebih dekat dengan anak yang saya kandung, selama dia masih hidup. SKami tetap berangkat ke Singapore untuk mengunjungi kakaknya Nev sesuai rencana awal. Perjalanan yang menyenangkan, walaupun pada akhirnya saya merasa ingin cepat pulang agar bisa fokus ke anakku ini.

USG berikutnya pada tanggal 18. Juli. Saya sudah tidak sabar dan ingin memastikan sekali lagi apakah dia memang laki-laki. Dokter kali ini tidak yakin anak kita laki-laki dan saya merasa harus mulai lagi dari awal. Dalam hati saya bertanya apakah sia-siakah kita memanggil dia Eoin selama ini. Dokter mengusulkan untuk melakukan amniocentesis untuk memastikan hal itu, hanya saja ada risiko keguguran. Memang dokter ingin melakukan amnio untuk cek sel-sel keturunan (chromosome) tapi pada saat kehamilannya lebih tua.  Karena tetap ingin tahu kelaminnya dengan pasti, saya buat janji untuk melakukan tes amnio satu minggu kemudian. Ibuku menemani saat mereka melakukannya, saya ketakutan. Tapi semuanya lancar dan hasilnya katanya dapat diambil 3 minggu kemudian. Saat menunggu itu cukup menganggu hubungan saya dengan anak yang saya kandung ini.  Ternyata setelah lama menunggu hasilnya sama lagi, dia laki-laki, jadi kita kembali lagi memanggil dia Eoin.

Sisa waktu kehamilan berjalan seperti biasa. Saya pesan topi-topi dan baju bayi yang lebih kecil dari bayi lainnya, katanya dia akan berukuran lebih kecil daripada bayi pada umumnya, apalagi kalau akan dirangsang kelahirannya pada umur kehamilan 36 minggu.  Saya mengurus syarat-syarat agar dapat menyumbang katup jantungnya pada bayi lain. Pertama-tama birkokrasinya cukup rumit, tapi akhirnya ada yang mengkoordinasikannya dan rumah sakitnya mendukung.  Besat perutku kira-kira sama seperti pada waktu kehamilan saya yang pertama dengan Caoimhe. Saya mulai terbiasa keluar rumah menghadapi pertanyaan orang sehubungan dengan perut buncitku. Ya, saya jawab, dia akan lahir bulan Oktober, dan ya, saya akan sibuk mengurus anak dua. Sebenarnya tanggal lahirnya diperkirakan pada tanggal 9 November, tapi berhubung saya akan dicoba untuk dirangsang secara medis agar melahirkan lebih awal, yaitu pada umur kehamilan 36 minggu, maka tanggal yang saya tetapkan dalam pikiran saya 13. Oktober. Bagi saya, cocok, saya pikir supaya bulan Oktober menjadi bulannya Eoin dan bulan November bulannnya anak saya yang pertama Caoimhe. Untungnya saya tidak pernah bermasalah dengan kelebihan air ketuban (polyhydramiosis) dan selain melakukan scan lebih sering, perjalanan kehamilannya sendiri biasa-biasa saja. Hasil scan selalu mengasyikkan, Eion kelihatan di layar banyak sekali bergerak, kami mendapatkan foto-foto USG 3 dimensi yang lucu. Sulit dipercaya bahwa ada yang tidak beres. Habis melihat dia di layar, saya selalu merasa bahagia campur sedih.  Bahagia melihat dia begitu kuat dan sehat, sedih karena kita tahu dia tidak akan dapat tumbuh bersama kami. Posisinya silih berganti, kadang kepala dibawah, kadang terbalik, persis kakaknya. Ukurannya lebih kecil dari biasa yaitu sekitar ketinggalan 3 minggu, tapi hal itu memang biasa pada bayi anencephaly.

Membalik halaman kalender menjadi bulan Oktober merupakan menjadi waktu yang istimewa bagi kami. Saya sibuk kemas-kemas tas untuk berangkat ke rumah sakit. Suamiku minta izin cuti dari kerjaanya.  Pada saat umur kehamilan 36minggu dan 3 hari, saya diperiksa di rumah sakit, tetapi diberitahu bahwa kandungannya belum siap untuk melakukan rangsangan melahirkan.  Saya setuju-setuju saja, kalau ternyata masih menunggu umur kehamilan 37 minggu atau lebih, juga biar katup jantungnya yang akan disumbangkan dapat tumbuh lebih sempurna.  Berita lainnya yang kami dapat, bahwa dokter yang selama ini memeriksa saya, dipindahtugaskan ke rumah sakit lain sehingga saya tidak akan ketemu dia lagi. Berita ini sangat mengejutkan, saya senang sekali sama dokter ini dan biasanya pada setiap pemeriksaan dia menghabiskan waktu lebih lama daripada pada pasien lainnya. Dia mengatur agar saya dirawat sama Dr. Soha, yang saya pernah ketemu juga pada saat bikin scan. Dia pun baik sekali. Pada umur kehamilan 37 minggu dan 1 hari sekali lagi saya disuruh pulang lagi, sebab kandungan belum siap untuk melakukan rangsangan.  Saya diminta kembali lagi 1 minggu kemudian untuk melakukan pemeriksaan dalam. Akhirnya ternyata sudah tanggal 2 November  (rencana awal hancur berantakan) saya masuk rumah sakit lagi. Umur kehamilan telah 39 minggu dan walaupun mereka bilang saya belum siap juga, mereka tetap mau mencoba merangsangnya. Selama 3 hari saya di rumah sakit dan mendapatkan prostaglandin sebanyak 5 kali tapi tidak merasakan perubahan apa-apa. Punggung saya sakit dan perut merasa kejang-kejang, tapi jauh sama sekali bukan mulesnya orang melahirkan. Hari-hari yang melelahkan. Selama 5 bulan saya mempersiapkan diri untuk hal ini, untuk menyambut dan mengendong putra kami. Saya menanyakan untuk melakukan operasi cesar, tapi team dokternya tidak mengizinkannya. Katanya tidak ada keuntungannya baik bagi ibu maupun anaknya, operasi cesar selalu mengandung risiko, contohnya bisa merusak alat reproduksi sehingga tidak bisa punya anak lagi. Selain itu, katanya, ibu akan sibuk mengurus penguburan anaknya, sehingga tidak enak jika harus tahan sakit bekas operasi. Kata-katanya itu sangat menyakitkan hati saya, saya merasa diperlakukan tidak adil. Saya tidak dapat memutuskan untuk mendapatkan operasi cesar. Kalau ternyata nanti ada yang salah, saya bakalan merasa bersalah seumur hidup. Sementara ulang tahun anakku yang pertama, Caoimhe sudah mulai mendekat, dia akan menjadi umur 2 tahun pada tanggal 18. November dan tentunya saya tidak ingin anakku lahir pada hari yang sama. Dokter mengatakan, sebuah tanggal hanyalah sebuah tanggal, kami tidak bisa mengatur kelahiran, hanya untuk menghindar hari natal, atau tanggal-tanggal penting lainnya. Akhirnya pada tanggal 5 November saya menyerah, saya pulang lagi dengan jadwal akan diperiksa lagi minggu depannya. Sambil menunggu, saya akhirnya mempersiapkan diri untuk mengikuti saja kemauan dokter dan mengesampingkan dulu hari ulang tahunnya Caoimhe.  Satu minggu berlalu dan sekali lagi saya kemas-kemas tas dan pamit sama putri kami untuk berangkat ke rumah sakit. Ternyata Eoin telah membalik posisinya sehingga terletak miring dan tidak memungkinkan untuk dilahirkan dalam keadaan begitu, sehingga pulang lagi. 2 hari kemudian balik lagi ke rumah sakit tapi hasilnya masih sama. Sementara tanggal 18 sudah mendekat, sehingga saya memutuskan untuk merayakan ulang tahunnya Caoimhe dulu, baru kembali lagi pada tanggal 19. November  yaitu 41 minggu dan 3 hari.

Sebenarnya saya baru terlambat 1 ½ minggu, tapi karena rencana awal akan dirangsang pada minggu ke 36, rasanya seolah-olah saya sudah terlambat 5 minggu. Minggu-minggu yang melelahkan dan bikin stress, bukannya saya menikmati kehidupan Eoin yang begitu singkat di dalam tubuhku, saya malahan dibuat sibuk dengan memikirkan apakah kandunganku sudah siap untuk dirangsang atau belum.  Kami merayakan ulang tahunnya Caoimhe dengan sepupu-sepupunya dan keluarga lainnya, lalu mengajak dia ke museum anak-anak yang sangat mengasyikan. Akhirnya hari rabu kami kembali lagi ke rumah sakit untuk terakhir kalinya. Pemeriksaan dalam menunjukkan keadaan kandunganku belum juga berubah. Rupanya Eoin tidak begitu tertarik untuk bertemu denganku, seperti halnya saya menunggu kehadirannya. Saya dikasih gel pertama dan disuruh tiduran di ruang yang sama seperti beberapa kali sebelumnya.  Pada gel kedua baru sakit punggungnya terasa lebih keras dan pemeriksaan akhirnya menunjukkan ada perubahan.  Semakin sore semakin sakit, kendatipun demikian, saya masih bisa tidur malamnya. Besok paginya saya merasa baik-baik saja, sehingga saya merasa kecewa karena pasti artinya, bahwa rangsangannya tidak berhasil untuk kesekian kalinya. Dokter memeriksa saya pada jam 9 pagi dan ternyata mulut rahim telah terbuka 2-3cm! Saya sulit mempercayainya. Dokter mengatakan bahwa pasti saya melahirkan hari ini, dia akan kembali pada jam makan siang untuk memeriksa lagi. Saya bangun dan mandi dulu. Masih sedang mandi punggung saya sakit sekali dan ada beberapa rasa sakit yang menyengat.  Sepertinya saya masih belum begitu percaya bahwa proses melahirkan sedang dimulai.  Jam 10:45 h saya panggil suster untuk meminta paracetamol untuk mengurangi rasa sakit. Dia hanya sekali memandangku dan mengatakan untuk segera masuk ruang melahirkan.

Dia mengambil kursi roda untuk mendorongku, walaupun saya berusaha meyakinkan dia, bahwa saya tidak apa-apa. Sesampai di kamar melahirkan saya berdiri di samping tempat tidur dan memberi data tentang diri saya, tiba-tiba air ketubannya pecah. Saya langsung shok. Baru jam 11:10 h. Saya naik tempat tidur dan pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa saya sudah terbuka 8-9cm. Tiba-tiba rasanya semuanya berjalan begitu cepat, tidak ada waktu lagi untuk minum obat tahan rasa sakit. Mereka menanyakan apakah sudah siap mengedan, lalu saya mengedan. Eoin lahir pada jam 11:26 h pada tanggal 20 November 2008.

Dia hidup. Pernapasannya agak dangkal, tapi dia bernapas. Pendeta Sr Margaret hadir pada saat saya melahirkan dan dia langsung membaptis anak saya. Bidannya memakaikan topi dan menyelimutinya lalu memberikannya pada saya untuk mengendongnya. Dia mengatakan pernapasannya sudah stabil dan dia mulai warna kulitnya mulai memerah, dia bilang dia akan menemani kita untuk beberapa saat. Baru saya dapat tenang dan sepenuhnya menyadarkan dirinya bersamaku.

Dia begitu lucu. Jauh lebih besar daripada apa yang kita bayangkan. Beratnya 2,84kg. Baju-baju yang sudah saya siapkan untuknya, semua tidak muat. Tangannya montok seperti tanganku. Bibirnya mirip ayahnya. Akhirnya kami pakaikan baju bayi bekas anaknya kakak saya, yang ternyata pas di badannya. Dia memegang sangat kuat. Saya letakkan jariku dalam tangannya dan dia megang erat-erat. Kami mengambil foto sebanyak-banyaknya dan merekam pakai video.  Neville mengendongnya, pada saat mereka membersihkan saya. Ibu dan ayahku orang pertama yang datang membesuk. Setelah itu ibu mertua dan adik Clare. Rumah sakit menyediakan roti panggang sebanyak-banyaknya, juice dan teh agar kami dapat santai menikmati waktu kami dengannya.

Kira-kira satu jam kemudian kami diantar kembali ke kamar kami. Dokter anak datang dan memeriksanya. Dia mengatakan bahwa anak kami begitu sempurna disamping anencephaly yang dia derita, hanya saja dia sangat sangat tidak beruntung.  Eoin berusaha mengangkat kepalanya pada saat diperiksa dokter, lalu menendang-nendang waktu dokternya ingin memakaikan bajunya. Adik kakak saya dan adik kakak suamiku datang membesuk dan membawa anak saya Caoimhe untuk melihat adiknya.  Pada awalnya dia agak tegang, tapi setelah dia terima hadiah Lego darinya, dan dia membawakan kartu ucapan yang dia buat sendiri dan sebuah buku kecil, diapun mulai bermain-main dengannya.  Dia memegang tangan adiknya lalu mengucapkan “senang bertemu denganmu”. Dia memberi komentar, bahwa adikknya sering meniup busa dengan ludahnya dan setiap beberapa menit dia mengatakan “ini adikku Eoin”.

Caoimhe menemani kita sepanjang hari, kadang main sama adiknya menunjukkan tangan dan kakinya, kadang keluar ruangan. Satu kali kakinya Eoin kepencet sama Caoimhe sampai-sampai Eoin reaksinya  menekukkan punggungnya. Kami mengendong dan mengemongnya sepanjang hari. Kadang-kadang dia agak batuk karena ada sedikit cairan di paru-parunya. Dia tidak pernah benar-benar membuka matanya tapi dia mengorok persis bapaknya kalau lagi tidur. Terkadang dia menangis-nangis dengan suara kecil sekali.

Hari yang menyenangkan. Agak aneh, sebab hari itu tidak terasa sedih; merupakan hari yang indah dan penuh suasana perayaan.  Dia sempat bertemu dengan semua anggota keluarga dan menemani kita sekian lama. Semua orang meninggalkan kita pada jam 7 malam dan saya duduk dengannya dan memandangnya sepuas-puasnya. Kakaknya Neville terbang dari London untuk menjenguk dan dijadwalkan akan tiba sekitar jam 10 malam. Jam 9:30 malam pertama kalinya Eoin meronta-ronta. Dia sesak dan tangannya memegang dadanya. Saya merangkulnya erat-erat dan membisikkan kepadanya, bahwa tidak apa-apa kalau dia harus pergi. Ternyata dia pulih lagi dan keadaannya stabil ketika bibinya Niamh tiba.  Bibinya dapat kesempatan untuk menggendongnya sementara kami cerita-cerita betapa cepatnya dia lahir dan betapa menyenangkan harinya. Bibinya pamit lagi jam 10:20 malam dan kami mulai siap-siap mau tidur. Kami mengusulkan untuk gantian jaga dia, walaupun dalam hati, saya tahu tidak akan bisa tidur; saya tidak mau ketinggalan sedikitpun dari kehidupannya. Nev mulai tiduran dulu sementara saya  sambil duduk menggendongnya.  Eoin mulai sesak lagi dan kami sadar bahwa waktunya tidak lama lagi. Dia meronta-ronta napas dan jarak antara setiap napas semakin lama.

Pada jam 11:45 malam itu juga Eoin meninggal dunia dalam pelukanku dan ayahnya pas disampingku. Dia menghembuskan napasnya sangat berat dan Neville mengelus pipinya. Sekali lagi ia menghembuskan napasnya yang terakhir lalu dia pergi. Eoin hidup selama 12 jam dan 19 menit.

Kami memulaknya dan menangis. Kami panggil dokter dan setelah dinyatakan meninggal dunia, kami foto lagi dan mengambil cetakan kaki dan tangannya yang begitu mungil. Jam 1:30 subuh seorang suster membawanya untuk diambilkan katup jantungnya untuk sumbangan bagi bayi lain yang memerlukannya. Adalah melegakan untuk mengetahui bahwa Eoin dapat memberi kehidupan pada bayi lain dan dengan demikan orangtuanya tidak perlu melalui sakit hatinya ditinggal bayinya. Saya berusaha tidur sedikit saat Eoin dibawa pergi dan jam 3:30 subuh saya dapat mengendongnya lagi. Sebelum Eoin dibawa pergi saya memberikan baju-baju bayi untuk ganti dan Suster-suster telah memakainya kepadanya. Mereka juga ganti popoknya, katanya dia sempat ngompol sebelum meninggal. Saya meletakkannya di tempat tidur bayi disamping tempat tidurku, lalu tidur sampai pagi. Pada pagi hari baru saya gendong lagi menemaniku di tempat tidurku.

Sepanjang hari kami tetap di kamar bersamanya. Keluarga pada datang untuk berpamitan samanya. Kakaknya Neville yang lain membawa dua sepupunya Eoin dan kami nonton TV sambil makan cokelat. Seolah-olah bayi kami masih hidup kami bersantai-santai dengannya. Besok harinya pagi-pagi kami membuka bajunya dan memperhatikan setiap bagian tubuhnya. Topinyapun kami buka dan ternyata lukanya tidak separah apa yang saya bayangkan sebelumnya. Sangat menyedihkan, bahwa kesalahan kecil seperti ini berakibat begitu fatal. Saya tetap mengendongnya erat-erat sampai pukul 11:26 siang, yaitu 48 jam setelah kelahirannya dia. Lalu kami memanggil suster untuk mengantar kami ke kamar mayat. Saya mengendongnya turun lift dan menyebrang tempat parkir mobil ke sal penyambut jenazah.  Ruangan ini penuh dengan lilin dan di depan altar terletak sebuah keranjang bayi musa. Kami meletakkannya di dalam keranjang itu dengan boneka gajahnya dan menciumnya berpamitan.  Hal ini merupakan hal yang paling sulit yang pernah harus saya lakukan dalam hidupku.

Besok harinya kami sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk upacara pemakaman Eoin yang diadakan hari Senin tanggal 24. November. Kami sudah siapkan ucapan-ucapan yang akan dibacakan dan kami mengetik sebuah daftar acara. Pada hari Senin, kami kembali ke rumah sakit ke sal dimana kami terakhir letakkannya. Mereka telah mengembalikan Eoin di keranjang yang sama. Pendeta Sr. Mageret mempersiapkan sebuah doa dengan semua nama-nama kita. Saat ia membacakan doanya saya mengendong Eoin sekali lagi. Kami merangkulnya erat-erat dan menangis. Rupanya masih sama, tapi tubuhnya terasa dingin dan pipinya kaku. Tangannya yang mungil masih terasa lemas. Tadinya kami ingin menggantikan bajunya sekali lagi, tapi melihat dia begitu tenang, kami memutuskan untuk tidak menganggu ketentramannya.  Tadinya kami ingin potong sehelai rambutnya yang keriting untuk kenangan, tapi tidak jadi juga kami lakukan. Dia kelihatan begitu sempurna, kami tidak mau ambil apa-apa darinya. Saya tukarkan selimut dan boneka gajahnya, agar saya dapat menyimpan dan mencium-cium selimutnya yang masih ada bau bayinya.  Kami meletakkan kotak jenazahnya didalam keranjang musa lalu meletakkan Eoin didalamnya. Kami kembalikan boneka gajahnya, buku dan kartu ucapan yang diberikan kakaknya Caoimhe dan surat-surat Neville dan saya yang kami tuliskan kepadanya. Neville menutup peti jenazahnya dan membawanya ke mobil.  Saya duduk satu bangku dengan petinya dalam perjalanannya ke gereja kita. Di gereja telah disiapkan meja kecil dimana kita letakkan petinya dengan sebuah foto Eoin,  boneka gajahnya dan lilin baptisnya dia.

Begitu banyak orang hadir pada upacaranya pemakamannya. Mengakjubkan. Pendetanya lama sekali membicarakan Eoin dan hidupnya yang begitu singkat. Saya bersama Neville menyalakan lilin baptisnya.  Bapak saya membacakan bacaan pertama, bibinya Clare yang kedua. Bibi Kathy dan Niamh membacakan doa keyakinan dan sepupunya Elmear dan Oisin membawakan hadiah untuk dia. Selanjutnya Neville menceritakan tentang Eoin dan kebahagiaan yang ia berikan kepada kita dan betapa bangganya kami menjadi orangtuanya. Saya terheran bagaimana dia bisa cerita begitu lancar, sangat menakjubkan. Ibuku membacakan poem tentang pengaruh timbal balik. Orang-orang pada ikut bersedih bersama kami di gereja. Yang hadir begitu banyak orang. Teman-teman kerja, teman-teman keluarga-keluarga kami , bibi, paman, sepupu, tetangga dan bahkan teman sekolahku dulu.  Saya memang rencanakan untuk mengadakan upacara pemakaman yang benar-benar, agar kehidupannya Eoin yang singkat dapat dikenang.  Tempat pemakaman tidak jauh dari rumah. Kakakku Emma dan suaminya Eammon yang mengantar kami kesini. Neville membawa petinya Eoin untuk dikubur. Setelah diletakkan didalam tanah dia menaruh tiga bunga mawar putih yang kokoh. Satu dari saya, satu dari suamiku dan satu lagi dari Caoimhe.

Selamat tinggal putraku yang lucu, saya sangat merindukanmu. Saya akan selalu mencintaimu dan menghargai kenangan yang indah yang telah kamu berikan kepada kita.

 

Jennie

(ditulis pada tanggal 4 Februari 2009)

 

Diterjemahkan dari cerita aslinya dalam bahasa inggris

                                                                                                                                       << Kembali    

Halaman Depan

 Berita

Informasi

Kirim Pesan atau Cerita Anda