Informasi, Cerita dan Berita tentang masalah anencephaly pada bayi didalam negeri maupun diluar negeri
Hak Cipta © Copyright 2023 Bayi-Anencephaly.info |
Kasih Sayang Ibu Saya tidak harus memandang matamu Untuk menjatuh cinta padamu Saya tidak harus mendengar tangisanmu Untuk mengetahui cintamu padaku Saya tidak harus mengenggam tanganmu Untuk dapat menghargaimu selama-lamanya Dalam kandunganku, hati kita telah bersatu Kau menyentuh jiwaku Mempermanis semangatku Kau memberikan kenangan padaku yang akan selalu kuingat dengan jelas Betul, hatiku menderita sejak kau meninggalkanku terlalu cepat Akan tetapi kasih sayang ibu tak berhenti pada kematian Sebab kau adalah anakku Cintaku selalu untukmu selama-lamanya "The story of life is quicker than the wink of an eye, Saya tidak meninggal muda Saya hidup masa waktuku Didalam kandunganmu Dan dengan cintamu Banyak orang Yang hidup lama Dan tidak dicintai, seperti halnya saya dicintai Kalau kau ingin menghargaiku Sebutlah namaku Dan hitunglah diriku pada silsilah keluarga Kalau kau ingin menghargaiku Berusahalah untuk hidup dalam cinta Sebab dalam cinta itulah, saya hidup Jangan pernah meragukan Bahwa suatu saat nanti Kami akan bertemu lagi Sampai hari yang menyenangkan itu Saya akan tumbuh besar bersama Tuhan Dan menunggumu oleh Christy Kenneally
“Mereka mengatakan saya mesti mengambil keputusan untuk menguggurkanmu sehingga kamu meninggal sekarang atau menunggu kamu lahir dengan sendirinya dan meninggalnya nantian. Pilihan macam apa itu? Kalau saya betul-betul mempunyai pilihan, saya akan memilih agar kamu tidak meninggal sama sekali. Andaikan kamu dapat hidup seterusnya dalam kandunganku, tempat dimana kamu aman dan hangat. Itulah pilihanku untukmu. Kalau saya memikiran pilihan-pilihan untukmu, saya berpikir untuk memilih telinganya dipiercing atau tidak, warna apakah baju yang akan saya pakaikan kamu, atau sekolah mana yang akan saya daftarkan kamu. Bukan meninggal sekarang atau nanti. Kematian bukan sebuah pilihan. Siapa yang akan dengan sukarela memilih kematian? Kalau kematianmu memang sudah dipastikan, yang jelas bukan karena tindakanku. Saya tidak ingin terlibat pada penyebab kematianmu. Saya mencintaimu dan tidak akan menjadi penyebab kematianmu. Ada orang yang mengatakan lebih mudah untuk menguggurkan. Lebih mudah bagi siapa? Bukan bagiku dan bukan bagimu! Barangkali bagi mereka, agar mereka tidak harus memandang perut puncitku dan menunggu kematian mengetok pintu. Saya mencintaimu sebelum mengetahui kamu sakit, dan penyakitmu tidak mengubah cintaku padamu. Bertahanlah bayiku yang manis dan berjuang untuk hidupmu. Saya mengambil keputusan bahkan sebelum kamu telah dijadiin, saat saya minta Tuhan untuk memberikan seorang anak. Ketika itu saya berjanji untuk mencintai dan merawatmu. Hal ini akan saya lakukan selama Tuhan mengijinkannya. Biasanya sebuah pilihan hasilnya berbeda-beda. Mengapa pilihanku hasilnya sama saja? Mau pilihannya bagaimanapun, hasilnya kematianmu. Tinggal satu pilihanku, yaitu tidak akan pernah melupakanmu. Saya akan mencintaimu selama-lamanya“
Dengan perlahan dan secara diam-diam, hari ini berlalu. Hari berikutnya akan membawakan apa ya? Saya mendoakan agar hari berikutnya penuh sinar dan tanpa beban. Pandanglah kedepan dan jaranglah menengok ke belakang. Setiap selokan pasti ada jembatannya....
Telah kehilanganmu Sungguh merupakan kehilangan yang dalam; Tetapi telah memilikimu Merupakan kesenangan yang luar biasa....
Kau adalah bayang-bayang pada siang hari Dan pada malam hari, kau merupakan sinar yang ada; Kau hidup dalam keluhanku Dan tidak akan meninggalkan hatiku
Dimanapun saya akan bertempat tinggal Kau akan tinggal bersamaku; Kau adalah bayang-bayang pada siang hari Dan pada malam hari, kau merupakan sinar yang ada
Dimanapun saya akan menanyakanmu Saya akan mendapatkan beritamu; Kau hidup dalam keluhanku Dan tidak akan meninggalkan hatiku
Kau adalah bayang-bayang pada siang hari Dan pada malam hari, kau merupakan sinar yang ada; Kau hidup dalam keluhanku Dan tidak akan meninggalkan hatiku
Diterjemah dari dalam bahasa Jerman, puisi ini ditulis oleh Friedrich Rückert yang mengalami kehilangan bayinya dua kali berturut-turut. Ibumu melahirkanmu, wahai manusia ketika itu engkau menanggis padahal orang-orang disekelilingmu tertawa ria. Berusahalah untuk dirimu agar saat-saat mereka menangis dihari kematianmu hanya engkau yang tertawa ria. Published by puisiislam under Puisi Kematian adalah kehidupan dialah jantung keabadian gerbang penentuan kebaikan dan keburukan kebahagiaan dan penderitaan keimanan dan kekufuran Kematian adalah kehilangan dialah pemutus hubungan cita-cita dan harapan nafsu yang dibiarkan Kematian adalah awalan awal dari sebuah perjalanan perjalanan tanpa berkesudahan … Kematian adalah permulaan dari kehidupan dan kelahiran merupakan awal dari kematian. Kematian dan kelahiran memang berada pada sebuah siklus yang sama. Semua akibat yang disebabkan oleh karma pada penghidupan terdahulu, akan dirasakan lebih ringan bila bisa diterima dengan suka cita. Jangan berkeluh kesah terhadap karma yang berlaku, hadapi dengan hati yang penuh pengertian, damai, dan suka cita. Jangan kehilangan keberanian dan keyakinan. Di dunia tidak ada hal yang mampu atau tidak mampu dilakukan, hanya dikhawatirkan tidak berkeinginan untuk melakukannya. Akal tak kan mampu menyelami kedalaman hikmah musibah yang tak mampu kau fikirkan. Maka, daripada menyalahkan dan banyak bertanya pada-Nya, lebih baik bangkit dan hadapi musibah itu. Siapa tahu kau jauh lebih kuat dari apapun di dunia ini
Saat kita merasa lemah, pandanglah langit luas. Bukankah hidup kita dalam genggaman sang Pencipta langit ?hadapi musibah itu. Siapa tahu kau jauh lebih kuat dari apapun di dunia ini PENDERITAAN, KEMATIAN, DAN PEMBEBASAN ADA seorang sahabat yang menjadi pengamat kelahiran yang cermat. Setelah pergi ke banyak negara, menyaksikan demikian banyak kelahiran manusia ternyata ada yang sama di antara semua kelahiran: bayinya menangis, dan tangisannya hampir sama. Entah itu di Eropa, Amerika, Australia sampai dengan Asia semuanya bermuara pada hal serupa ini. Sehingga menimbulkan pertanyaan, "Apa tanda-tanda kehidupan yang bersembunyi di balik semua ini?" Tentu sangat terbuka peluang untuk lahirnya berbagai penafsiran dari sini. Dan seorang sahabat ada berbisik, "Kalau bayi lahir menangis adalah tanda-tanda awal dari penderitaan. Mau lahir di keluarga kaya raya, berlimpah cinta sampai dengan yang disebut sempurna, tetap saja manusia tidak bebas dari penderitaan." Paling tidak pasti kena sakit, umur tua dan ditakut-takuti kematian. Dan tangisan yang serupa menunjukkan bahwa ia terjadi di semua tempat dan waktu. Lebih-lebih di zaman ini. Pada zaman sejumlah hal menyentuh hati terjadi tidak henti-hentinya: bunuh diri, gantung diri, perang, petaka alam dan masih bisa ditambah dengan yang lain. Sehingga mudah sekali membukakan pintu keingintahuan, "Kalau memang isi hidup ini adalah penderitaan, apakah kematian adalah jalan pembebasan?" Kalau kematian adalah jalan pembebasan, bukankah bunuh diri sekaligus gantung diri adalah langkah-langkah pembebasan? Sungguh tidak mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan berat ini. Sejumlah guru pernah bertutur serius, bahwa penderitaan manusia berakar pada identifikasi berlebihan pada badan dan pikiran. Badan dengan lobang-lobangnya di satu sisi memang menjadi sarana bertumbuh (mulut untuk makan, hidung untuk bernapas, dst), namun di lain sisi ia adalah pembuka jalan bagi penderitaan. Mulut yang nafsunya berlebihan adalah awal berbagai penyakit. Lobang seks di bawah kalau diikuti, semuanya bisa hancur dalam semalam. Pikiran juga serupa, ia pembantu yang baik, namun penguasa yang amat berbahaya. Sebagai pembantu, pikiran membantu berhitung, mengenali hitam-putih, baik-buruk dst. Namun sebagai penguasa yang sifatnya dualistik (kiri-kanan, sukses-gagal), pikiran juga yang membuat manusia senantiasa berguncang. Tidak puas dengan titik kehidupan, kemudian melompat ke titik ekstrem lain yang bernama kematian. Tidak puas dengan keramaian, melompat ke titik ekstrem lain yang bernama sunyi-sepi. Ada satu hal yang tersisa dari sini: kehidupan yang berguncang! Sehingga bisa dimaklumi, kalau ada seorang guru yang mengandaikan kehidupan manusia dengan a circle without center. Sebuah lingkaran berputar tanpa titik pusat. Di luar titik pusat, tidak ada hal lain terkecuali guncangan. Habis di atas, di bawah. Habis di kiri, di kanan. Habis kaya, miskin. Setelah bahagia, menderita. Setelah senang, sedih. Guncangan, guncangan dan hanya guncangan. Tentu tidak terlalu mengejutkan menyaksikan kemudian, kalau di negara kaya seperti AS kemudian konsumsi pil tidur tergolong yang paling tinggi. Di keluarga kaya mudah sekali dipicu untuk tergelincir ke dalam pertengkaran dan perceraian. Semakin jauh kaki melangkah dari titik pusat (sebutlah amat kaya), semakin mungkin ia tergelincir ke titik ekstrem lain yang sama jauhnya dari titik pusat. Dari sini, ada yang bertanya, "Apa dan di mana titik pusat kehidupan?" Sebuah keinginan intelektual sederhana, namun memerlukan sejumlah langkah berat untuk merealisasikannya. Sederhana, karena bisa dijelaskan dengan bahasa sederhana. Berat karena hanya latihan yang tekun yang bisa menghantar manusia ke sana. Ada banyak penjelasan tentang titik tengah. Sekumpulan orang timur (seperti Buddha, Confucius sampai Lao Tze) menyebut titik pusat ada di jalan tengah (the middle way). Seperti menyetel senar gitar, terlalu kencang putus, terlalu kendor tidak berbunyi. Pengagum cinta, menyebutkan kalau titik tengah ada dalam cinta. Do everything lovingly, demikian saran sederhana namun mendasar. Sebab, apa saja yang dilakukan penuh cinta (dari menyapu, mengepel, menjadi ibu rumah tangga, sampai dengan bekerja) akan otomatis menggiring manusia ke titik pusat. Ada lagi yang datang dengan penjelasan yang agak rumit. Titik pusat tidak di kepala, tidak juga di hati. Ia ada di pusar. Kepala hanya sumber guncangan. Hati hanya jembatan menuju pusar. Makanya, manusia-manusia yang hidup dengan hati lebih mudah hidup tenang seimbang, karena sedang melalui jembatan menuju pusar. Dan pusar ini juga yang menjadi titik paling menentukan ketika manusia berada dalam kandungan Ibu. Dengan damai, tenang sekaligus seimbang setiap bayi berada di kandungan Ibu. Dan kedamaian terakhir, dibimbing melalui titik pusat yang bernama pusar. Ada juga penjelasan yang lebih rumit lagi, titik pusat ada di atas dualitas baik-buruk, benar-salah, sukses-gagal, hidup-mati, dst. Seorang guru pernah berbisik: "When you are not concerned with neither life nor death, then you are centered." Tatkala manusia tidak lagi ditarik terlalu kuat baik oleh kehidupan maupun kematian, ia mulai terpusat. Dan Anda pun dipersilakan menambahkan pendekatan lain, atau memilih salah satu pendekatan yang ditawarkan di atas. Yang jelas kata-kata dan logika saja tidak banyak membantu. Hanya ketekunan berlatih dalam keseharian yang banyak membantu. Dan seorang sahabat yang latihannya mengagumkan, serta telah hidup bertahun-tahun di titik pusat pernah menulis buku berjudul No Fear No Death. Bahkan kematian pun berhenti menakut-nakuti ketika manusia terbebas di titik pusat. (SH) |
---|